Berbicara tentang Sejarah Cepu pasti akan selalu dikaitkan dengan Arya
Jipang atau Arya Penangsang, karena diyakini bahwa masyarakat daerah
Cepu dan sekitarnya merupakan anak keturunan Arya Jipang yang memerintah
Jipang pada pertengahan abad ke-16
Arya Penangsang
Arya Penangsang atau Arya Jipang, adalah bupati Jipang Panolan yang
memerintah pada pertengahan abad ke-16. Ia melakukan pembunuhan terhadap
Sunan Prawoto raja terakhir Demak tahun 1549, namun dirinya sendiri
kemudian tewas ditumpas para pengikut Sultan Hadiwijaya, penguasa
Pajang. Arya Penangsang juga terkenal sakti mandraguna.
Silsilah
Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Raden Kikin putra
Raden Patah raja pertama Kesultanan Demak. Ibu Raden Kikin adalah putri
bupati Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya. Selain itu
Arya Penangsang juga memiliki saudara lain ibu bernama Arya Mataram.
Pada tahun 1521 Pangeran Sabrang Lor raja kedua Demak meninggal dunia.
Kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana berebut takhta.
Raden Mukmin (putra Raden Trenggana) mengirim utusan membunuh Raden
Kikin sepulang salat Jumat di tepi sungai. Sejak itu, Raden Kikin
terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen (bunga yang gugur
di sungai).
Sepeninggal ayahnya, Arya Penangsang menggantikan sebagai bupati Jipang
Panolan. Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya
diwakili Patih Matahun. Wilayah Jipang Panolan sendiri terletak di
sekitar daerah Blora, Jawa Tengah.
Aksi pembunuhan
Raden Trenggana naik takhta Demak sejak tahun 1521 bergelar Sultan
Trenggana. Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di Panarukan,
Situbondo tahun 1546. Raden Mukmin menggantikan sebagai sultan keempat
bergelar Sunan Prawoto.
Pada tahun 1549 Arya Penangsang dengan dukungan gurunya, yaitu Sunan
Kudus, membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama
Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto. Rangkud sendiri tewas pula, saling
bunuh dengan korbannya itu.
Ratu Kalinyamat adik Sunan Prawoto menemukan bukti kalau Sunan Kudus
terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke Kudus meminta
pertanggungjawaban. Namun jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati
karena karma membuat Ratu Kalinyamat kecewa.
Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan
mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos
sedang suaminya terbunuh.
Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan membunuh saingan
beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggana yang menjadi bupati
Pajang. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober,
namun, mereka tetap dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara
hormat.
Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris
Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan
Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit pulang, sedangkan Sunan Kudus menyuruh
Penangsang berpuasa 40 hari untuk mendinginkan amarahnya yang labil.
Sayembara
Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Hadiwijaya singgah ke
Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak
Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ia yang mengaku
sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto berjanji akan menyerahkan Demak dan
Jepara jika Hadiwijaya menang.
Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa
sebagai sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara,
barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh
hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.
Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi
mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang untuk membantu
karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng
Pemanahan ikut serta.
Kematian
Ketika pasukan Pajang datang menyerang Jipang, Arya Penangsang sedang
berpesta merayakan keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan
atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Meskipun
sudah disabarkan Arya Mataram, Penangsang tetap berangkat ke medan
perang.
Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore.
Perut Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya.
Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai
dililitkannya pada gagang keris yang terselip dipinggang.
Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan
Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang terpotong sehingga
menyebabkan kematiannya.
Dalam pertempuran itu Ki Matahun patih Jipang tewas pula, sedangkan Arya
Mataram meloloskan diri. Sejak awal, Arya Mataram memang tidak pernah
sependapat dengan kakaknya yang mudah marah itu.
Dampak budaya
Kisah kematian Arya Penangsang melahirkan tradisi baru dalam seni
pakaian Jawa, khususnya busana pengantin pria. Pangkal keris yang
dipakai pengantin pria seringkali dihiasi untaian bunga mawar dan
melati. Ini merupakan lambang pengingat supaya pengantin pria tidak
berwatak pemarah dan ingin menang sendiri sebagaimana watak Arya
Penangsang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar